Kabar Islam - Tak bisa dipungkiri penerapan syariat Islam masih dipandang negatif dengan sederet stigma miring. Mulai dari dinilai mela...
Kabar Islam - Tak bisa dipungkiri penerapan syariat Islam masih dipandang negatif dengan sederet stigma miring. Mulai dari dinilai melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) hingga tak bisa mengikuti perkembangan jaman.
Namun hal tersebut coba ditampik Walikota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal. Ia beserta jajarannya tengah menyulap Kota Serambi Mekah menjadi Islamic Smart City.
"Islam seakan tidak bisa membuat kita lebih maju, berinovasi apalagi berbasis ICT. Tapi syariat Islam ternyata dapat menyesuaikan dengan jamannya," ujar Illiza saat dijumpai detikINET di forum Perkotaan Transformasi pada 8 Juni lalu.
"Banda Aceh kini menjadi kota yang mudah Free WiFi. Tak hanya di warung-warung kopi, tapi dapat ditemui di taman-taman kota, perkantoran hingga masjid. Semuanya tersedia WiFi gratis," lanjutnya.
Dikatakan Illiza, awalnya Banda Aceh disiapkan menjadi Cyber City namun kini diubah menjadi Smart City. Tentu saja konsep Smart yang digunakan mengacu pada tatanan Islam.
"Smart menurut kami seperti diamanatkan oleh Rasullullah yakni orang yang pintar adalah mereka yang ingat mati dan memiliki persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Dan ini (smart city) bagian dari ibadah kami untuk mempersiapkan pertemuan dengan Allah," jelas perempuan yang berusia 41 tahun ini.
Karena itu, kata Illiza, pemanfaatan ICT juga diimplementasikan pada percepatan reformasi birokrasi untuk meningkatakan pelayanan kepada masyarakat. Saat ini pihaknya telah menerapkan smart government lewat e-kinerja dan e-disiplin
"Kami diamanahkan untuk bisa menghitung beban dan prestasi kerja. Nah, semua tidak bisa dihitung jika tidak terukur dengan baik. Maka kami membuat aplikasi e-kinerja untuk meningkatkan pengawasan dan penilaian kinerja serta e-displin untuk kedisplinan pegawai," jelasnya.
e-kinerja sudah dilaksanakan sejak 2012 sebagai pilot project. Barulah 2013 mulai diterapkan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Banda Aceh. Lewat aplikasi ini siapapun dapat melihat secara realtime apa yang Pemkot kerjakan dan progresnya sudah sejauh mana.
Kata Illiza, awal penerapan e-kinerja cukup ditakuti, pasalnya tidak semua pegawai paham teknologi. Tapi karena e-kinerja dibuat dengan pengoperasian yang gampang dan bahkan bisa diakses lewat ponsel. Alhasil, semua pegawai Pemkot Banda Aceh dapat memakai e-kinerja dengan mudah. "Alhamdulillah sekarang tidak ada pegawai yang gaptek," ujarnya.
Sementara e-displin sendiri dibuat guna membangun kedisplinan pegawai seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 54/2010. Dengan aplikasi ini, kata Illiza, tidak hanya mengukur prestasi pegawai tapi juga pemberian sanksi.
"Staff yang tidak masuk tanpa izin bisa langsung mendapat sanksi. Kalo dalam SKPD banyak yang tidak disiplin. Maka yang akan diberhentikan adalah pimpinannya. Karena pasti ia tidak uswatun hasanah," pungkas ibu empat anak ini.
Sumber : detik
COMMENTS