By Irsyad Hanafi Tahun 2014 ini menjadi tahun yang spesial bagi bangsa Indonesia karena ada 2 hajatan besar yang dilaksanakan bebarenga...
By Irsyad Hanafi
Tahun 2014 ini menjadi tahun yang spesial bagi bangsa Indonesia karena ada 2 hajatan besar yang dilaksanakan bebarengan. Yups, apalagi kalau bukan pilpres 2014 dan juga datangnya bulan Ramadhan tahun ini.
Seperti tahun tahun sebelumnya, menjelang datangnya bulan ramadhan pasti ditandai dengan begitu gencarnya iklan syrup dari berbagai brand terkenal di televisi, haha, gak usah nyebut merk anda pasti bisa menyebutkan satu persatu. Tak mau kalah pamor, iklan kampanye pasangan capres-cawapres negeri ini juga begitu wow di televisi, baliho dan media lainnya. Pasangan capres-cawapres kali ini bisa dibilang memiliki kubu media massa yang menjadi pendukung, ya iyalah masing-masing pasangan capres-cawapres kali ini berhasil menggandeng bos-bos media massa swasta di indonesia yang notabene berpengaruh bagi masyarakat melalui siaran beritanya, siaran piala dunia-nya hingga tayangan sinetron menyesakkan. hehehe
Dengan media massa pendukung tersebut, bisa kita rasakan sendiri terkadang pemberitaan yang menyangkut pasangan capres-cawapres menjadi tidak imbang, ya benar, tidak imbang. Pemberitaan yang baik-baik selalu saja diberikan kepada pasangan capres-cawapres yang didukung, sebaliknya pemberitaan mengenai black campaign, pelanggaran kampanye hingga isu agama dilontarkan kepada pasangan capres-cawapres lawan. Aduh mama sayangee....
Tidak hanya di televisi dan media lainnya, mungkin anda juga pernah menjumpai kawan, sahabat ataupun rekan kampus (bagi yang mahasiswa), kantor/perusahaan (bagi yang sudah bekerja) dll memiliki sikap yang sangat fanatik kepada pasangan capres-cawapres tertentu, kalau iya, berarti anda merasakan apa yang saya rasakan. Mereka yang fanatik selalu membanding-bandingkan secara berlebihan pasangan capres-cawapres mengenai latar belakang dari kalangan mana?, jenderal kah?, sipil kah?, baik buruknya track record, dan isu kemana negeri ini akan membentuk blok?, Amerika kah?, China kah?, atau Israel?, ups sorry. Haha.
Mereka yang fanatik, entah bagaimana cara berfikirnya. Padahal kalau difikir secara jernih mereka yang fanatik juga tidak akan langsung diberi kedudukan dari pasangan capres-cawapres yang mereka bela mati-matian. Mereka yang mahasiswa juga akan tetap menjadi mahasiswa (yang tahun ini belum lulus ya?, hehe), yang dari kalangan profesi lain juga kan tetap sama bekerja di bidangnya masing masing. Apakah benar nanti pasangan capres-cawapres yang mereka dukung akan memberi posisi di kabinet berdasarkan fanatisme kepada para kaum fanatik?, ee kata siapa? (dibaca dengan gaya Dzawin suci 4). Tidak mungkin lah!.
Apa sih yang membuat fanatik?. Pasangan capres-cawapres kita juga manusia biasa, sama seperti kita makan nasi!. Apakah mereka fikir pasangan capres-cawapres yang mereka bela adalah malaikat yang turun ke bumi dan bisa mengubah keadaan dalam sekejap?, bukan!. Apakah mereka fikir pasangan capres-cawapres yang mereka bela adalah Bandung Bondowoso yang memiliki kekuatan hingga bisa membuat seribu patung dalam waktu semalam?, bukan!. Saya ulangi lagi pasangan capres-cawapres kita juga manusia biasa.
Maaf agak sedikit emosi,.bukannya saya apatis dan tidak peduli terhadap pemilu tahun ini, bukannya saya mengajak anda untuk golput saja pada pilpres nanti, dan..., bukannya saya anti demokrasi dan ingin mengubah sistem / ideologi negeri ini. Semua itu tidak ada dalam fikiran saya, semua pernyataan itu salah dan tidak sesuai dengan kepribadian saya. Saya pasti memilih dan menggunakan hak pilih pada 9 Juli nanti, Insya Allah.
Sebenarnya apa sih manfaatnya fanatik?. Memuji pasangan capres-cawapres idola dan menjelek-jelekkan pasangan capres-cawapres lain apa tidak dosa ya?. Bukankah kalimat di depan tadi sama saja dengan sifat ghibah?, yaitu membicarakan keburukan sifat orang lain. Puasa puasa gini masih berbuat ghibah?, aduh mama sayange!. Padahal kata pak kyai saya salah satu yang membatalkan pahala puasa adalah perilaku ghibah, jadi anda hanya akan mendapatkan rasa lapar dan dahaga selama menjalani puasa tanpa pahala, eman-eman to?
Selain itu bahaya ghibah adalah Tuhan tidak akan mengampuni dosa pelaku ghibah sebelum mereka meminta maaf kepada orang yang telah mereka bicarakan keburukannya. Heh?, berat bukan?. Seperti yang kita ketahui, iya memang Tuhan Maha mengampuni, tapi kalau manusia?. Bayangkan coba, anda mendatangi pasangan capres-cawapres yang anda umbar kejelekannya, dan meminta maaf atas kesalahan anda, iya kalo beliau memaafkan, kalo tidak. Dosa itu akan tetap ada meskipun salah satu dari subjek dan objek ghibah sudah tiada.
Tahun 2014 ini menjadi tahun yang spesial bagi bangsa Indonesia karena ada 2 hajatan besar yang dilaksanakan bebarengan. Yups, apalagi kalau bukan pilpres 2014 dan juga datangnya bulan Ramadhan tahun ini.
Seperti tahun tahun sebelumnya, menjelang datangnya bulan ramadhan pasti ditandai dengan begitu gencarnya iklan syrup dari berbagai brand terkenal di televisi, haha, gak usah nyebut merk anda pasti bisa menyebutkan satu persatu. Tak mau kalah pamor, iklan kampanye pasangan capres-cawapres negeri ini juga begitu wow di televisi, baliho dan media lainnya. Pasangan capres-cawapres kali ini bisa dibilang memiliki kubu media massa yang menjadi pendukung, ya iyalah masing-masing pasangan capres-cawapres kali ini berhasil menggandeng bos-bos media massa swasta di indonesia yang notabene berpengaruh bagi masyarakat melalui siaran beritanya, siaran piala dunia-nya hingga tayangan sinetron menyesakkan. hehehe
Dengan media massa pendukung tersebut, bisa kita rasakan sendiri terkadang pemberitaan yang menyangkut pasangan capres-cawapres menjadi tidak imbang, ya benar, tidak imbang. Pemberitaan yang baik-baik selalu saja diberikan kepada pasangan capres-cawapres yang didukung, sebaliknya pemberitaan mengenai black campaign, pelanggaran kampanye hingga isu agama dilontarkan kepada pasangan capres-cawapres lawan. Aduh mama sayangee....
Tidak hanya di televisi dan media lainnya, mungkin anda juga pernah menjumpai kawan, sahabat ataupun rekan kampus (bagi yang mahasiswa), kantor/perusahaan (bagi yang sudah bekerja) dll memiliki sikap yang sangat fanatik kepada pasangan capres-cawapres tertentu, kalau iya, berarti anda merasakan apa yang saya rasakan. Mereka yang fanatik selalu membanding-bandingkan secara berlebihan pasangan capres-cawapres mengenai latar belakang dari kalangan mana?, jenderal kah?, sipil kah?, baik buruknya track record, dan isu kemana negeri ini akan membentuk blok?, Amerika kah?, China kah?, atau Israel?, ups sorry. Haha.
Mereka yang fanatik, entah bagaimana cara berfikirnya. Padahal kalau difikir secara jernih mereka yang fanatik juga tidak akan langsung diberi kedudukan dari pasangan capres-cawapres yang mereka bela mati-matian. Mereka yang mahasiswa juga akan tetap menjadi mahasiswa (yang tahun ini belum lulus ya?, hehe), yang dari kalangan profesi lain juga kan tetap sama bekerja di bidangnya masing masing. Apakah benar nanti pasangan capres-cawapres yang mereka dukung akan memberi posisi di kabinet berdasarkan fanatisme kepada para kaum fanatik?, ee kata siapa? (dibaca dengan gaya Dzawin suci 4). Tidak mungkin lah!.
Apa sih yang membuat fanatik?. Pasangan capres-cawapres kita juga manusia biasa, sama seperti kita makan nasi!. Apakah mereka fikir pasangan capres-cawapres yang mereka bela adalah malaikat yang turun ke bumi dan bisa mengubah keadaan dalam sekejap?, bukan!. Apakah mereka fikir pasangan capres-cawapres yang mereka bela adalah Bandung Bondowoso yang memiliki kekuatan hingga bisa membuat seribu patung dalam waktu semalam?, bukan!. Saya ulangi lagi pasangan capres-cawapres kita juga manusia biasa.
Maaf agak sedikit emosi,.bukannya saya apatis dan tidak peduli terhadap pemilu tahun ini, bukannya saya mengajak anda untuk golput saja pada pilpres nanti, dan..., bukannya saya anti demokrasi dan ingin mengubah sistem / ideologi negeri ini. Semua itu tidak ada dalam fikiran saya, semua pernyataan itu salah dan tidak sesuai dengan kepribadian saya. Saya pasti memilih dan menggunakan hak pilih pada 9 Juli nanti, Insya Allah.
Sebenarnya apa sih manfaatnya fanatik?. Memuji pasangan capres-cawapres idola dan menjelek-jelekkan pasangan capres-cawapres lain apa tidak dosa ya?. Bukankah kalimat di depan tadi sama saja dengan sifat ghibah?, yaitu membicarakan keburukan sifat orang lain. Puasa puasa gini masih berbuat ghibah?, aduh mama sayange!. Padahal kata pak kyai saya salah satu yang membatalkan pahala puasa adalah perilaku ghibah, jadi anda hanya akan mendapatkan rasa lapar dan dahaga selama menjalani puasa tanpa pahala, eman-eman to?
Selain itu bahaya ghibah adalah Tuhan tidak akan mengampuni dosa pelaku ghibah sebelum mereka meminta maaf kepada orang yang telah mereka bicarakan keburukannya. Heh?, berat bukan?. Seperti yang kita ketahui, iya memang Tuhan Maha mengampuni, tapi kalau manusia?. Bayangkan coba, anda mendatangi pasangan capres-cawapres yang anda umbar kejelekannya, dan meminta maaf atas kesalahan anda, iya kalo beliau memaafkan, kalo tidak. Dosa itu akan tetap ada meskipun salah satu dari subjek dan objek ghibah sudah tiada.

COMMENTS