Lima hal yang telah disiapkan oleh Allah sebagai imbalan bagi mereka yang berhasil melaksanakan lima perkara. Pertama, Allah swt telah...
Lima hal yang telah disiapkan
oleh Allah sebagai imbalan bagi mereka yang berhasil melaksanakan lima perkara.
Pertama, Allah swt telah menyiapkan tambahan rizqi bagi
mereka yang bersyukur. Ini merupakan janji Allah swt yang termaktub
dalam al-Qur’an dalam ayat yang berbunyi لَئِن شَكَرْتُمْ
لأَزِيدَنَّكُمْ, jikalau engkau bersyukur pasti akan aku tambah
nikmatmu. Tambahan ni’mat di sini bersifat pasti.
Kedua, Allah swt siapkan pengabulan bagi mereka yang telah
berdo’a. Ini juga merupakan bukti dari janji Allah yang akan selalu
mengabulkan do’a-do’a hambanya sebagaimana tercatat dalam al-Qur’an
"ud'uni astajiblakum" (mintalah kalian kepada-Ku, maka Aku akan
mengabulkan (permintaan) kalian semua…
![]() |
Berdoa |
Seorang ulama menjelaskan bahwasannya Allah pasti akan mengabulkan
segala permohonan do’a hamba-Nya. Karena Allah itulah yang ia janjikan
dalam al-Qur’an, dan Allah bukanlah dzat yang mengingkari janji. Hanya
saja yang harus dimengerti bahwa tidak semua do’a dikabul dan
diterimakan kepada hamba-Nya di dunia ini. Kadang kala setengah dari
permintaan itu dikabul di dunia dan setengah sisanya nanti akan
diberikan di akhirat. Atau bisa saja sepertiga di terima di dunia dan
dua pertiga dari permintaan itu akan dihibahkan oleh Allah diakhirat
nanti.
Bukankah kita sering berdo’a memohon sesuatu yang hasilnya tidak
seperti yang kita inginkan. Kita kadang berdo’a agar diberikan motor
baru, tetapi yang diberikan oleh-Nya hanya motor bekas. Atau kadang kita
meminta do’a agar memiliki istri yang cantik dan shalehah, tetapi kita
diberi istri yang shalehah saja. terkadang juga sebaliknya, berharap
kita memiliki anak shaleh dan Allah memberi kita anak yang shaleh.
Sebagaimana harapan kita memiliki hunian sederhana dan Allah memberi
kita rumah sederhana.
Demikianlah seharusnya cara kita memahami konsep ijabah dan
do’a. Yakinlah apa yang ditentukan Allah kepada kita saat ini adalah
yang terbaik. Percayalah bahwa di balik pemberian itu ada hikmah yang
amat sangat besarnya.
Oleh karenanya, orang-orang sufi akan merasa sangat susah jika semua
permintaannya dikabulkan oleh Allah swt saat ini juga. Karena mereka
berpikir, apabila Allah mengabulkan segala permintaanku di dunia, lantas
apakah yang akan aku punya di akhirat nanti? Bukankah lebih baik
‘melarat’ di kehidupan dunia yang sementara ini dari pada miskin di
akhirat yang abadi nanti?
Pertanyaan dan kebimbangan semacam ini merupakan kewajaran bagi
manusia awam seperti kita. oleh karena itu Rasulullah saw dalam sebuah
haditsnya memberikan ajaran yang sangat bagus untuk kita teladani,
sebuah do’a yang berbunyi:
اَلًلهُمِ إنًى أًسْأَلك نفسا مطمئنة تؤمن بلقائك وترضى بقضائك وتقنع بعطائك
(Allahumma inni As-aluka nafsan muth mainnatan tu’minu biliqo’ika wa tardho bi qodho-ika wa taqna’u bi’athoika)
Ya Allah Aku sungguh memohon kepadamu jiwa yang tenang yang
percaya akan adanya kesempatan berjumpa dengan-Mu, dan (jiwa) yang rela
atas segala keputusan-Mu, dan (jiwa) yang lapang atas segala
pemberian-MU.
Ketiga Allah swt siapkan ampunan bagi mereka yang
beristighfar (meminta ampun). Demikianlah sebiknya kita selalu
beristighfar agar terbebas dari dosa-dosa kecil yang tidak terhindarkan
oleh jiwa awam kita yang sering kali timbul karena lidah yang
terpeleset, tangan yang jahil, hati yang dengki dan lain sebagainya.
Allah telah menyiapkan ampunan bagi hamba-hamabanya yang mau mengaku
bersalah dan meminta maaf kepada-Nya. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda
لو أخطأتم حتى تبلُغ خطاياكم السماء ، ثم تُبتُم ؛ لتاب عليكم
(lau akhtho’tum hatta tablugha khathoyakumus sama-a tsumma tubtum lataba ‘alaikum)
"Andaikan kalian berbuat salah, dan kesalahan itu mencapai
tingginya langit, kemudian engkau memohon ampunan, pastilah Allah
mengampunimu semua".
Sayangnya, jarang sekali diri kita ini merasa salah dan berdosa,
karena menganggap apa yang kita lakukan adalah sebuah kebiasaan yang
tidak mengandung ma’syiat. Kita menganggap melihat gosip di media
bukanlah dosa, padahal itu bentuk lain dari ghibah. Kita merasa
hanya sekedar mengkritik, padahal kritikan kita tanpa bukti dan alasan
yang kuat, itu merupakan miniatur dari fitnah. Kita menggap biasa saja
dengan pengeluaran belanja kita, padahal jika dipikir kembali apa yang
telah kita beli bukanlah barang-barang primer, bukankah itu bagian dari
kemubadziran? Astaghfirullahal ‘adhim…
![]() |
Taubat Nasuha |
مكتوب حول العرش قبل أن تخلق الدنيا بأربعة الاف عام وانى لغفار لمن تاب وأمن وعمل صالحا ثم اهتدى
(maktubun haulal ‘arsyi qabla an takhluqod dunya biarba’ati alafi
‘aamin wa inni la ghaffarrun liman taba wa amana wa amila shaliha
stummah tada)
Telah tertulis di sekitar ‘arasy (terhitung) 4000 tahun sebelum
dunia tercipta bahwa seseungguhnya Aku ini adalah Pengampun orang yang
bertaubat dan beriman lagi beramal shaleh, dan Akupun memberi petunjuk.
Memang bagi sebagian orang merasa bersalah itu mudah, tetapi bertekad
untuk tidak mengulanginya kembali dan memang tidak mengulanginya lagi
adalah sebuah kesulitan tersendiri. oleh karena itulah seringkali orang
‘alim berdo’a kepada Allah swt agar diberikan kesadaran untuk melakukan
pertaubatan. Karena kemampuan manusia untuk bertaubat datangnya hanya
dari Allah swt. Bukankah ampunan-Mu jauh lebih luas dari kesalahan Kami.
![]() |
Bersedekah |
ما من عبد تصدق
بصدقة يبتغى بها وجه الله الا قال الله يوم القيامة عبدى رجوتنى فلن احقرك
حرمت جسدك على النار وادخل من أى أبواب الجنة شئت
(ma min abdin tashoddaqo bishodaqotin yabtaghi biha wajhallahi illa
qolallahu yaumal qiyamati abdi rojautani falan ahqiroka harramtu
jasadaka ‘alan nai wadkhul min ayyi abwabil jannati syi’ta)
Tidak seorangpun yang bersedekah semata karena Allah, kecuali di
hari kiamat kelak Allah akan berkata “hambaku, kau mengharapkan-Ku, Aku
pun tidak akan membiarkanmu terbakar. Aku haramkan jasadmu terbakar api
neraka. Dan Aku persilahkan kau memilih pintu surga mana yang kau
inginkan.
Begitulah janji Allah tentang imbalan di akhirat kelak, kepada mereka
yang bersedekah. Sedangkan imbadal di dunia ini sudahlah jelas, kita
semua telah mengerti bahkan seolah menjadi semboyan bahwa sedekah dapat
menolak segala bala’ (kesialan). Assodaqatu tuhfi’ul bala’.
Wallaahu a'lam bishowab..
Semarang, 13 November 2013
Sumber : www.nu.or.id
COMMENTS