Ada sebuah keinginan membuat ramadhan 1433 H menjadi berkesan. Berkesan dan beda dengan ramadhan ramadhan terdahulu. Keinginan ini seolah ...
Ada sebuah keinginan membuat ramadhan 1433 H menjadi berkesan.
Berkesan dan beda dengan ramadhan ramadhan terdahulu. Keinginan ini seolah
menjadi nyata meskipun tak sepenuhnya. Yaa. Menjadi nyata. Berawal dari
diwajibkannya daftar ulang semester tiga. Daftar ulang yang mengharuskan para
mahasiswa polines bertolak ke Kampus. Inilah sistem di Polines, jika mau daftar
ulang, harus menyerahkan berbagai macam berkas(surat bebas kompen, bukti
pembayaran) ke PBM secara langsung. Tapi aku tak ambil pusing karenanya. Aku
ambil positifnya, karena dengan ini aku bisa menghiasi ramadhan dengan cerita
berbeda.
Tanggal 30 Juli 2012 aku bergegas ke Semarang. Dengan penuh semangat
aku langkahkan kaki, karena sudah penasaran ingin merasakan bagaimana puasa di
kota orang, suasana sahur, berbuka dengan teman teman satu wisma. Ehm... Aku
rencanakan kepergian ini hingga tanggal 4 Agustus, karena mengingat tanggal
tersebut ada agenda Jazirah yang musti aku ikuti...
Cuaca kala itu begitu terik. Sekitar pukul 09.30 aku diantarkan kakak
keduaku ke teminal kutoarjo. Terminal yang bisa dibilang terminal bayangan,
karena terminal tersebut Cuma dijadikan persinggahan sementara bagi bis bis
antar kota, untuk menjemput sang penumpang. Tumben sekali, disana aku menuggu
bermenit menit untuk bisa mendapatkan bis tujuan semarang. Tak seperti biasa,
gumamku. Namun, aku coba sabarkan semangatku untuk cepat cepat tiba di semarang.
Ditemani hp Nokia express musikku, aku menghibur diri. Iseng iseng bersmsan
dengan salah satu temanku, wijay. Tanya tentang daftar ulang, dan tentang “mau
ngapain di semarang dan berapa lama”. Sekitar 25 menit, akhirnya bis yang aku
tunggu datang. Bis kala itu, bukan bis yang biasa aku tumpangi. Asing. Namun
selama itu tujuannya ke semarang, akan aku ikuti.
Ku masuk lewat pintu depan bis tersebut. Ku tatap sekilas para
penumpang. Terlihat rautan wajah yang sedang menahan lapar puasa. Ku duduk
bersebelahan dengan seorang laki laki dibarisan tempat duduk terdepan.
Penumpang kala itu, tidak begitu bejubel. Alhamdulillaah, bisik hatiku. Sudah
menjadi ciri khas bis ekonomi yang tak lepas dari pengamen. Pengamen kala itu,
merupakan pengamen yang biasa aku temui acap kali aku mau ke Semarang. Bisa
dibilang pengamen ini pengamen yang berbakat, dan suaranya pun tak kalah bagus
dengan suara ku. Pernah suatu kesempatan, dia berduet dengan pengamen perempuan
dengan membawakan lagu berbahasa inggris. Luar biasa.Karena masih dalam suasana
Ramadhan, dengan bermodalkan gitar tuanya, dia membawakan lagu “Insya Allah”
yang dipopulerkan oleh Maher Zain. Yaah, meskipun pengucapannya gak begitu
fasih, tapi bisa mewakili Maher Zain ala Indonesia dah. Pukul 10 aku take off..
J
Sepanjang perjalanan, aku tertidur. Melepas kantuk dan lelah seusai
kerja membantu orang tua di sawah. Adalah sebuah tanggung jawabku sebelum
meninggalkan desa tercinta, Rejowinangun aku sempatkan untuk meringankan
pekerjaan ayah bunda. Di sela sela istirahatku, selalu diributkan lalu lalang
para pengasong. ada aja penjual penjual yang menjajakan dagangannya, meskipun
bulan puasa. Tapi, tak apalah toh mereka bekerja demi sesuap nasi segenggam
berlian dengan cara yang halalan thoyiban. Merasa nyaman dengan istirahatku,
hingga tak terasa sudah sampai di terminal Magelang. Secara mengagetkan, sopir
memberitakan kepada seluruh dengan
tujuan semarang untuk ganti bis. Ini mah udah biasa. Karena pada waktu itu aku
baru terbangun, takut tak kebagian tempat aku langsung lari menuju bis
pengganti. Setelah bis pengganti ini berjalan meniggalkan Magelang menuju
semarang, aku merasakan ada yang aneh. Yah ada yang aneh. Aku merasa belum
ditarik tarif bis pertama. Dan itu emang benar. Selama aku tertidur, kernet
lupa untuk menarik ongkos. Aku merasa berdosa kala itu, naik bis tanpa
membayar. L.
Dua jam aku berkutat dengan suasana bis yang berjubel dan panas untuk bisa
samapi di Semarang. Cobaan. Hehehe.
Welcome tembalang....
Hem, lega rasanya sudah sampai di tembalang, di wisma tercinta. Kala
itu disambut dengan senyum hangat para penghuni wisma yang sudah lebih dulu
tiba di Tembalang. Ada Akh Hada, Dicky, Hendro, Syamsul, Setyanto, Fadlan,
Fahmi, Oki, Ulum. Di bangku biru teras
depan, sebagian dari kami senda gurau, ngobrol ngobrol temu kangen. Sedang
sebagian lain, asyik bermain PS di kamar 1. Tak terasa, kumandang Adzan dari
Masji Al Huda menggema. Memanggil kami untuk menunaikan kewajiban. Dengan
segera, semua penghuni “di oprak oprak”
untuk shalat berjamaah. Seusai shalat jamaah, aku menemui ada sesosok wajah
asing ikut meramaikan wisma. Yaa, ternyata dia Maba Polines, yang rencananya
mau ngekost di Wisma 87. Agar terjalin keakraban, aku sapa dia. Aku kenalan
dengan dia. Ngobrol dengan dia. Dia ternyata dari Purwokerto. Batinku, “Wah, wisma dikuasai para ngapakers sejati”
hehehe... karena memang banyak ikhwan ikhwan dari daerah kulon, yang ngekos di
Wisma ini.
Malam pertama 30 Juli 2012, di menara pertama (Al Huda)
Hehe..mendapat kata baru di Ramadhan ini. PPT (Para Pencari Ta’jil).
Katanya si, setiap maghrib di Al Huda ada Ta’jil gratisss. Tak aku lewatkan
begitu saja kesempatan ini. Bersama dengan yang lain, dengan ikhlas kami makan
hidangan itu. Seusai shalat maghrib, sempat aku tanyakan pada anak wisma yang
sudah lebih dulu di sini. Aku tanya,bukanya dimana??. Apa jawab dia ”gada buka.
Makan nya ntar sekalian sahur”. Ha? Gila. Perut dah lapar gini, masih mau
nunggu waktu sahur? Yang bener aja.. aku putuskan dah, untuk cari makan dengan
akh Hada. Untung saja di mau menemani, membeli semangkok soto untuk menu buka
kala itu.
Malam pertama di Semarang. Aku merasakan perbedaan yang begitu banyak.
Suasana yang begitu beda. Terbersit mimpi, untuk bisa tarawih di MAJT dan
Masjid Baiturrahman. Karena pasti mengesankan. Optimis,, pasti bisa kesana.
Menunggu sang sahabat datang dari Pati. Moga aja dia bersedia. Hiburku dalam
hati. Adzan Isya berkumandang. Rame. Semua berduyun duyun ke Masjid. Ini yang
membedakan dengan hari hari lain. Masjid penuh berjubel.
Malam ini aku tarawaih di Alhuda. Setelah shalat Isya, ada sedikit
kultum dari Ustadz. Setelah usai, shalat tarawih dimulai, dengan 8 rakaat 4
kali salam dan 3 rakaat witir 2 kali salam. Terasa cepat, karena biasanya di kampungku
23 Rakaat...
.....Cerita yang tak terselesaikan...
Sungguh sayang, aku gak selesai dalam merangkai cerita ini..masih ada
beberapa malam dan kisah yang tak sempat
tercatat. Sungguh sangat disayangkan, namun seingat ku ketika itu aku bener
bener melakukan safari 5 menara, yaitu di Masjid Al Huda, Masjid Kampus Undip,
Masjid Darul Hikmah, Masjid Baskoro, dan Masjid Kampus Untag. Dan misiku untuk
ke MAJT dan Masjid Baiturrahman kandas, karena tidak ada kawan dan kendaraan
yang menemani.
Selama di semarang beberapa kegiatan yang aku ikuti, antara lain buka
bersama dengan anak yatim yang diselenggarakan Jazirah, dan buka bersama di
Kampus Untag oleh karena adanya undangan dari UKKI Untag. Selain kegiatan
kegiatan tersebut, malam sahur dan buka puasa pun sangat berkesan. Tempat
andalan kala itu, di Gepeng.
COMMENTS