Untuk wanita hebat yang nun jauh disana, silahkan ini jawabanku atas semuanya. Sebenarnya ini hanya ingin menjadi konsumsi pribadiku. Diar...
Untuk wanita hebat yang nun jauh disana, silahkan ini jawabanku atas semuanya. Sebenarnya ini hanya ingin menjadi konsumsi pribadiku. Diary pribadiku. Namun, suatu keadaan yang begitu mewajibkan ku untuk memposting, akhirnya pun tulisan ini terbit. Jujur ini aku tulis karena ada dorongan hati yang ingin bicara. Ini pun masih berlaku sampai sekarang..
Cinta Itu Amanah
Maaf yaa bukan ku tak terima
Ku bosan di khianati, bila kau serius jawablah
pertanyaaku...
“Demi apa kau sayang padaku, demi apa kau cinta padaku”
Demikian ku tanya padamu
Bukan aku tak mau denganmu, memaksamu
Tapi aku tak mau ditipu...
(Wali – Cinta Itu Amanah)
Yaa Allah, inikah nikmat yang kau berikan kepadaku. Inikah karunia
yang kau persembahkan padaku. Nikmat untuk dicintai dan nikmat untuk mencintai.
Namun memang semua ini adalah sebuah gejolak yang harus disikapi secara arif.
Disikapi dengan kesabaran hati. Jangan sampai menyakiti hati seorang perempuan
yang suci. Sungguh itu bukanlah sebuah kebiasaan dan adatku. Adalah pantang
untuk menyakiti hati seorang wanita. Namun, Yaa Allaah. Engkau tahu sendiri
bagaimana hati ini. Bagaimana perasaan hati kala ini.
Masih teringat diingatan, baru 3 Juli 2012 kemarin, aku merasakan dan
menyaksikan seseorang yang begitu penuh aku cinta dan menjadi keyakinan dalam
hati bahwa dialah jodohku. Namun kenyataan dan takdir berkata lain. Dia sudah
lebih dulu dipinang orang. Sebenarnya sakit sekali hati ini. Sebenarnya tak
rela jiwa ini. Berat rasanya melepas kepergiaan sang permaisuri ladang hati.
Namun itulah takdir. Itulah ketentuan Allah dari zaman azali. Namun, Ku telan itu dengan ketabahanku. Ku telan itu
dengan kelapangan dadaku. Karena memang semua yang ada di dunia ini, baik itu
rejeki, jodoh, dan mati adalah Engkaulah penentunya. Tapi ku tak menyangka, ini
terjadi di kehidupan ku. Ini terjadi di masa kesetiaanku. Kau yang pertama
menumbuhkan rasa ini. Kau yang pertama kali hadir di hati ini. Apakah tak kau
ingat masa masa kita saat bersama. Masa dimana melahirkan sebuah cerita
kebersamaan?.
Ingatkah kau, dulu saat belum ada alat komunikasi hape, komunikasi
lewat apa kita? Yaahh. Dengan berkirim surat. Kirim surat yang tak tentu satu
bulan sekali. Surat yang dititipkan ke teman kelasmu untuk disampaikan
kepadaku. Dan aku pun melakukan hal semacam itu, untuk membalas surat itu.
Begitulah kita dulu untuk saling berkomunikasi tanya kabar tentang kita. Akan
kah kau lupa dengan semua itu, hingga kau tega meninggalkanku?
Atau Ingatkah kamu tentang momo? Kelinci putih peliaraanmu. Kelinci
yang sering buang air ketika kita didekatnya. Yaah, Didekat kandang itulah kita
sering berbicara. Kita sering bercanda. Ditempat itulah kita sering membagi
kisah dan tawa. Akankah kau lupa dengan semua itu, hingga kau dengan tega
meninggalkanku?.
Banyak kisah dan cerita yang tak akan pernah terlupa, walau kau tak
bersama dengan diri ini lagi. Tapi, yaa sudahlah ini akan menjadi sebuah
lembaran cerita untuk bekal aku kedepannya, cerita sebagai pewarna hidup ini.
Hem.. semoga kalian sakinah mawaddah warahmah...aamiiin.
Kini....
Yaa Allaah, kini hadir sosok wanita yang begitu mencintaiku.
Mencintaiku dalam kondisi hati masih rapuh ini. Cobaan ataukah karunia yang kau
hadapkan ?. ku melihat antusias dan gelora hati dari sosok wanita ini. Sampai
sampai berkirim pesan pendek padaku, “kau datang dan jantungku berdegup
kencang. Tiada kusangka getaran ini ada saat jumpa yang pertama. Mataku tak
dapat terlepas darimu, perhatikan setiap tingkahmu dan tertawa pada setiap
candamu”. Bagai petir yang menyambar hati. Tak menyangka sosok ini sangat
mendalam seperti ini. Aku tak tau kenapa, dia begitu intens seperti itu....
Belum, belum bisa. Aku belum bisa merajut kisah cinta lagi. Aku belum ingin
mencinta wanita dulu, sebuah komitmen yang harus aku jalani, karena cinta itu
amanah. Amanah yang bener bener harus dipegang. Yah, amanah dari segalanya.
Amanah menjaga dirinya, menjaga hatinya, menjaga perasaannya. Aku masih
terbayang dengan dia(mantan) yang begitu membiusku. Jadi bukan waktu yang tepat
untuk move on dengan mencinta sosok ini. Yaah, meskipun dengan jujur aku sedikit
tertaut dengan sosok ini. Namun ini hanya sekedar rasa yang numpang lewat.
Melihat sosok ini, ku bayangkan melihat sang mantan. Itulah, mengapa ada rasa
itu.
Jangan... jangan dulu kau mencintaiku berlebih. Jangan dulu kau
mencintaiku melebihi buih lautan yang tak terhitung. Simpan dulu rasa itu,
karena aku masih belum bisa mengulang kisah cinta lagi. Karena aku belum bisa
menjalin hubungan yang indah, belum bisa menata hati ini. Aku takut menyakiti
hatimu. Aku takut kamu membenciku. Aku takut dengan adanya hubungan yang
lanjut, kamu akan selalu memikirkanku. Aku ingin, rasa yang kau miliki bisa
dialokasikan untuk Allaah, karena aku yakin DIA tidak akan menyakitimu, DIA
akan menjaga hatimu. DIA akan selalu denganmu kapanpun dan dimanapun. Wahuwa
ma’akum aynama kuntum.
Mohon maaf, atas ini semua.. aku ingin menjaga hati, aku ingin menata
diri. Tak ingin berkutat dengan cinta, karena cinta itu amanah.:)
Rejowinangun, 18
Agustus 2012 02:14
COMMENTS